Sabtu, 04 Januari 2014

Apa Kabar Renaissance, Gimana Keadaanmu sekarang ???


[Tulisan ini adalah catatan kecilku untuk IMM Komisariat Renaissance FISIP UMM, di akun facebook IMM Renaissance]

Sekembali ke Malang[13/06/11], Ibnun_Cs...ngajak aku ngopi di depan Suzuki Tlogomas, mereka memulai dengan menyerang telingaku dengan berbagai informasi tentang komisariat periode terbaru. Maaf aku menyebutnya “periode terbaru”. Karena ada yang berbeda. Kalian pasti merasakannya ”. Ya..harus buweeda dong...! he”. Aku lalu mulai teringat kembali saat-saat di komisariat dulu sesaat setelah Ibunun kembali menyentil bahasanya Mas ilham; “Mencintai tidak selamanya memuji, mengkritik adalah bagian dari mencintai”.


Sekelumit bahasa ini tidak lagi asing di kalangan kader Renaissance. Ia senantiasa mewarnai bahkan menjadi ciri betapa kader renaissance disiapkan sebagai generasi pemenang (the winning generation) yang siap berada dalam hentakan badai sebesar apapun, dalam keadaan bersama ia mampu mewarnai yang lain dan disaat sendiri mampu menguatkan diri sendiri. Ia tidak galau apalagi lari dari hujanan kritik yang menderanya, ia hanya meyakini satu kaidah sederhana bahwa setiap hujanan kritik padanya adalah ekspresi cinta yang sedang dialamatkan pada dirinya.

Ada cinta yang bisa membunuh, kata pepatah arab. Tapi di renaissance ada cinta yang bikin kita jadi Asyik. Ini tidak selalu karena kita kehilangan kendali akal sehat. Tapi terutama karena kita sedang mengkader dengan pola yang berbeda; kritik, konflik dan cinta, itulah yang saya bahasakan sebagai tri kompetensi dasar renaissance.

Karenanya, cinta adalah emosi kebaikan yang menghentakan semangat memberi dalam jiwa kita. Itu sebabnya kita selalu menjadi lebih baik ketika kita sedang jatuh cinta. Itulah keunikan jiwa yang terus menambah kadar kebenaran dari fakta bahwa cinta sebagai emosi kebajikan harus bermetamorfosa pada semangat memberi, dan bahwa nilai kita kepada renaissance yang kita cintai tetaplah terletak pada kadar manfaat yang kita berikan padanya.

Teringat kembali awal mengikuti DAD dan sebagai pengurus, saya selalu ditemani oleh hujanan kritik karena ada banyak kesalahan yang sengaja dilakukan tapi juga lebih banyak ekspresi egoisme berlebihan yang juga saya tonjolkan. Ditengah situasi demikian, senior bukan hadir sebagai pengkhutbah yang mendoktrin habis-habisan, namun memanfaatkan situasi untuk menumbuhkan cinta kami terhadap komisariat, dengan polesan konflik yang terkadang saya sulit membacanya, walaupun kemudian saya lihai memainkannya...he”( maaf sedikit narsis)..dan eksperimen bodoh saya saat menjadi Master Of Training, kalau tidak salah DAD 2006 di SKB Blimbing membuat beberapa pengurus terutama bidang kader merasa tersinggung. Alhamdulillah lagi-lagi senior mampu menangkap suasana ini lalu menambah polesan konfliknya akhirnya sayapun merasa bersalah dan ujungnya? Kami semakin mencintai komisariat.

Saya juga masi ingat bagaimana saya sering di jebak di jalan yang benar oleh senior-senior; suatu waktu Mas Yudi diundang oleh komisariat UIN untuk ngisi materi di DAD, sayapun di ajak oleh Mas Yudi...eh..ternyata sampai disana saya diminta panitia mengisi Curiculum Vitae sebagai pemateri, rasanya ingin segera menghilang. Tapi, dengan cepat Mas Yudi mengatakan ingat.. jangan malu-maluin Fisip..sayapun beranikan diri dan hasilnya? Waw luar biasa ketagihan, pengen ngisi lagi materi... dan masi banyak lagi catatan panjang dengan Mas Ilham, Mas salam, Mas Yudi, Mas Riyan, Mas A'an, Mas Joko, Mas Agus, Mas Hutri dan tidak terkecuali kanda-kanda diluar komisariat renaissance Bang Ton, Mas Feri, Mas Hendro, Bang Tholib, Mas Uji dan Spesial for Immawati; Mba Yoanita dan Mba Ismi.

Akhirnya memang, Loyalitas dan militansi adalah kata kunci di balik semua dramatisasi konflik dan cinta. Hanya itu. Jika tidak, pasti akan ada kesalahan dalam bahasa cinta kita. Tidak mudah memang, tapi begitulah pilihan model, selalu punya syaratnya sendiri. Itulah komisariat renaissance tercinta. kita selalu menerima kritik disaat badai maupun tidak, menikmati setiap konflik yang ada lalu dengan tanpa sadar, kadar kecintaan mengalir bersama aliran energi positif. Kita selalu belajar dan terus bertanya pada siapapun, Apalagi pada senior walaupun terkadang membosankan. namun itulah tugas kita, adalah mengintegrasikan generasi sebelumnya dan generasi sekarang karena disana ada rahasia keindahan cinta yang tak ternilai.

Bagaimana dengan renaissance hari ini? Saya belum kenal persis memang wajah Renaissance “periode terbaru”. Namun saya yakin mereka adalah Para pencinta sejati yang tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai komisariat renaissance, mereka segera membuat rencana memberi. lalu mereka bekerja dalam tiem untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana terealisasi, setiap itupula satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati terhadap renaissance yang dicintainya. Karena mereka, semoga meyakini kaidah sederhana bahwa “Janji menerbitkan harapan, namun pemberianlah yang akan melahirkan kepercayaan”...

***