Sabtu, 04 Januari 2014

Memimpikan The Winning Generation


Konflik yang sering muncul dalam berbagai arena, menjadikan Maluku utara buah bibir di negeri ini, terlepas dari hal baik yang juga banyak dilakukan. masih segar dalam ingatan kita pilkada 2007 mengantarkan Maluku utara pada rekor pertama dunia pilkada terlama bahkan, yang ldbih membuat hati ini terasa sesak adalah terjadi Gejala somatic politik di kalangan masyarakat. Masyarakat pendukung dilibatkan bahkan tanpa sadar melibatkan diri dalam konflik psikologis yang berlebihan akhirnya, kontak fisik tak terelakan lagi.

Yang ingin saya katakan adalah, Begitulah setiap negeri. konflik adalah takdir semua bangsa-bangsa tidak perlu disesali. Kita hanya perlu meyakini kaidah sderhana bahwa masalah kita bukan saja pada ”buruknya” kepemimpinan elit politik dan struktur yang melingkupinya akan tetapi, masalah terbesar kita adalah terjadi KRISIS GENERASI disaat masalah-masalah itu terjadi.
Teruskan baca - Memimpikan The Winning Generation

PARA PEMIMPIN MUDA ITU...


Pemuda adalah tahapan kuat diantara dua tahapan lemah, lemah karena masih anak-anak, dan lemah karena tua renta.
(QS Ar-Rum: 54)

Sesungguhnya Pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi Pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.
(QS. 5:55-56)

“ Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang
pemuda merupakan Pilar kebangkitan.
Dalam setiap kebangkitan,
pemuda adalah rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikroh,
pemuda adalah pengibar panji-panjinya
(Imam Syahid Hasan al-Banna)
Teruskan baca - PARA PEMIMPIN MUDA ITU...

Apa Kabar Renaissance, Gimana Keadaanmu sekarang ???


[Tulisan ini adalah catatan kecilku untuk IMM Komisariat Renaissance FISIP UMM, di akun facebook IMM Renaissance]

Sekembali ke Malang[13/06/11], Ibnun_Cs...ngajak aku ngopi di depan Suzuki Tlogomas, mereka memulai dengan menyerang telingaku dengan berbagai informasi tentang komisariat periode terbaru. Maaf aku menyebutnya “periode terbaru”. Karena ada yang berbeda. Kalian pasti merasakannya ”. Ya..harus buweeda dong...! he”. Aku lalu mulai teringat kembali saat-saat di komisariat dulu sesaat setelah Ibunun kembali menyentil bahasanya Mas ilham; “Mencintai tidak selamanya memuji, mengkritik adalah bagian dari mencintai”.
Teruskan baca - Apa Kabar Renaissance, Gimana Keadaanmu sekarang ???

Jumat, 03 Januari 2014

PENDIDIKAN PROFETIK


A. Pengertian Profetik

Kata “profetik” berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan. Dalam sejarah, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, Nabi Muhammad yang membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap penindasan dan ketidakadilan, mempunyai tujuan untuk menuju kearah pembebasan. Menurut Ali Syari’ati dalam Hilmy (2008:179) para nabi tidak hanya mengajarkan dzikir dan do’a tetapi mereka juga datang dengan suatu ideologi pembebasan.
Secara definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik. Kuntowijoyo sendiri memang mengakuinya, terutama dalam sejarahnya Islamisasi Ilmu itu seperti hendak memasukan sesuatu dari luar atau menolak sama sekali ilmu yang ada (Kuntowijoyo, 2001: 357).
Selanjutnya, Kuntowijoyo (2001:357) memasukan kata profetik kedalam penemuannya tentang ilmu-ilmu sosial profetik yang mengandung tiga muatan ilmu-ilmu sosial yaitu humanisme, leberasi, dan transendensi.
Secara normatif-konseptual, paradigma profetik versi Kuntowijoyo didasarkan pada Surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya:
Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan/dilahirkan ditengah-tengah manusia untuk menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran dan beriman kepada Allah
Dari ayat tersebutlah dasar ketiga pilar nilai ilmu sosial profetik yang digunakan oleh Kuntowijoyo yaitu; 1) Amar Ma’ruf (humanisasi) mengandung pengertian memanusiakan manusia. 2) Nahi Munkar (liberasi) mengandung pengertian pembebasan. 3) Tu’minuna Bilah (transendensi), dimensi keimanan manusia (Rosyadi, 2009:304).
Selain itu dalam ayat tersebut juga terdapat empat konsep pendidikan profetik menurut Kuntowijoyo (2001:360);

Pertama, konsep tentang umat terbaik (The Chosen People), yang menjelaskan bahwa umat Islam sebagai umat terbaik dengan syarat mengerjakan tiga hal sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut. Umat Islam tidak secara otomatis menjadi The Chosen People, karena umat Islam dalam konsep The Chosen People ada sebuah tantangan untuk bekerja lebih keras dan ber-fastabiqul khairat. Kedua, aktivisme atau praksisme gerakan sejarah yang dapat di artikan sebagai sikap bekerja keras dan ber-fastabiqul khairat ditengah-tengah umat manusia (Ukhrijat Linnas) yang terwujud dalam sikap partisipatif umat islam dalam percaturan sejarah. Oleh karenanya pengasingan diri secara ekstrim dan kerahiban tidak dibenarkan dalam Islam. Para intelektual yang hanya bekerja untuk ilmu atau kecerdasan tanpa menyapa dan bergelut dengan realitas sosial juga tidak dibenarkan. Ketiga, pentingnya kesadaran. Nilai-nilai profetik harus selalu menjadi landasan rasionalitas nilai bagi setiap praksisme gerakan dan membangun kesadaran umat, terutama umat Islam. Keempat, etika profetik, ayat tersebut mengandung etika yang berlaku umum atau untuk siapa saja baik itu individu (mahasiswa, intelektual, aktivis dan sebagainya) maupun organisasi (gerakan mahasiswa, universitas, ormas, dan orsospol), maupun kolektifitas (jama’ah, umat, kelompok/paguyuban) Point yang terakhir ini merupakan konsekuensi logis dari tiga kesadaran yang telah dibangun sebelumnya.
Selanjutnya, Shofan (2004:131) mengungkapkan konseptualisasi pilar-pilar ilmu sosial profetik pada dasarnya berangkat dari paradigma pendidikan yang berusaha melakukan sintesa antara sistem pendidikan yang konsen terhadap nilai-nilai moral dan religius dengan sistem pendidikan modern yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dualisme sistem pendidikan yang dikotomis yang dalam konteks Indonesia merupakan dua sisi diametrikal antara pendidikan ala barat yang dinasionalisasi dan pendidikan ala timur yang sudah secara historis telah ada sejak nenek moyang. Pendidikan profetik dapat dikembangkan dalam tiga dimensi yang mengarahkan perubahan atas masyarakat yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi.
Lebih lanjut Kuntowijoyo dalam Shofan (2004:135) mengatakan bahwa cita-cita etik dan profetik inilah yang seharusnya diderivasikan dari nilai-nilai yang mengakar pada budaya, ajaran agama dan nilai-nilai moral bangsa sehingga pencapaian cita–cita pendidikan tidak mengorbankan jati diri bangsa. Artinya sistem pendidikan harus memberikan pemahaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai inilah yang kemudian menjadi tugas pendidikan untuk melakukan reorientasi konsep-konsep normatif agar dapat dipahami secara empiris.
Landasan pendidikan tersebut sekiranya diorientasikan untuk memfasilitasi terbentuknya kesadaran ilmiah dalam memformulasikan konsep-konsep normatif menjadi konsep-konsep teoritis. Pendekatan deduktif-induktif idealnya diterapkan dalam pembelajaran pengetahuan umum dan pendidikan moral, hal ini lah konsep dasar sebuah pendidikan profetik yang dibutuhkan pada saat ini.
Sehingga disimpulkan bahwa, pendidikan profetik (Prophetic Teaching) adalah suatu metode pendidikan yang selalu mengambil inspirasi dari ajaran nabi Muhammad saw. Prinsip dalam pendidikan profetik yaitu mengutamakan integrasi. Dalam memberikan suatu materi bidang tertentu juga dikaitkan dengan landasan yang ada di Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tujuan baik duniawi maupun akhirat dapat tercapai.
B. Tujuan Pendidikan Profetik
Selain, mempunyai tujuan humanitis, liberalis, dan transedensi, pada dasarnya tujuan umum pendidikan Islam, menurut Prof. M. Athiyah Al-Abrasyi dalam Rosyadi (2009:162) menyimpulkan lima tujuan umum yang asasi. Diantaranya yaitu;
  1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dan untuk mencapai akhlak sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
  2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan diakhirat. Pendidikan Islam menaruh penuh untuk perhatian kehidupan tersebut, sebab memang itulah tujuan tertinggi dan terakhir pendidikan.
  3. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Islam memandang, manusia sempurna tidak akan tercapai kecuali memadukan antara ilmu pengetahuan dan agama, atau mempunyai kepedulian (concern) pada aspek spiritual, akhlak dan pada segi-segi kemanfaatan.
  4. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui (co-riosity) dan memungkinkan untuk mengkaji ilmu sekedar ilmu.
  5. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan suapaya dapat menguasai profesi tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat mencari rezeki.
Sebagai kekuatan pembebas, Pendidikan Islam berusaha untuk membangun social capacity yang mengandung makna bahwa pendidikan harus memandang manusia sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, starting point dari proses pendidikan berawal dari pemahaman teologis-filosofis tentang manusia, yang pada akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi (Rosyadi,2009:163).
Pendidikan yang berwawasan kemanusiaan tidak berpretensi menjadikan manusia sebagai sumber ikatan-ikatan nilai secara mutlak (antroposentris), karena di Eropa pada abad pertengahan menjadikan ilmu murni dan teknologi teistik justru membawa malapetaka di abad modern ini, dimana kepribadian manusia menjadi terpisah-pisah di dalam jeratan dogma materialisme yang mengaburkan nilai kemanusiaan. Padahal pendidikan itu sarat akan nilai dan harus berarsitektur atau landasan moral-transendensi.
Selanjutnya, Rosyadi (2009:170) mengungkapkan bahwa selain sebagai pendorong agama dan ahlak tujuan pendidikan profetik juga mempunyai tujuan khusus yaitu diantaranya:
  1. Memperkenalkan generasi muda akan akidah-akidah islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati, mematuhi akidah-akidah agama dn serta menjalankan serta menghormati syiar-syiar agama.
  2. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar ahlak mulia. Juga membuang bid’ah-bid’ah, khurafat, kepalsuan-kepalsuan, dan kebiasaan-kebiasaan usang yang melekat kepada islam tanpa disadari, padahal islam itu bersih.
  3. Menambah keislaman kepada Alla pencipta alam, juga kepada malaikat, rosul-rosul, kitab-kitab, dan hari akhir berdasar pada faham kesadaran dan keharusan perasaan.
  4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambahkan pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan agar patuh mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
  5. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada al-Qur’an, berhubungan dengannya, membaca dengan baik, memahami dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
  6. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam dan pahlawan-pahlawannya dan mengikuti jejak mereka.
  7. Menumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan dan taqwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, perjuangan untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air, serta siap membelanya.
  8. Mendidik naluri, motivasi, keinginan generasi muda, dan membentengi mereka menahan motivasi-motivasinya, mengatur emosi dan membimbingnya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka, berpegang dengan adab kesopanan pada hubungan dan pergaulan mereka, baik di rumah, di sekolah, di jalan atau pada lain-lain tempat lingkungan.
  9. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, menguatkan perasaan agama, menyuburkan hati mereka dengan kecintaan, dzikir dan taqwa kepada Allah.
  10. Membersihkan hati mereka dari dengki, iri hati, benci, kezaliman, egoisme, tipuan, khianat, nifaq, ragu, perpecahan dan perselisihan.
C.  Metode dalam Pendidikan Profetik
Dalam rangka mencapai tujuannya maka pendidikan profetik menggunakan beberapa metode, menurut Abdurrahman an-Nahlawi (1992) dalam Rosyadi (2009:216), sebagai berikut:
1. Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
Hiwar artinya percakapan silih berganti antara dua pihak melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan. Dalam Al Qur’an dan sunnah terdapat lima jenis hiwar diantaranya:
a. Hiwar khitabi atau ta’abbudi (percakapan pengabdian).
Dalam hal ini, hiwar yang dilakukan yaitu dalam bentuk doa, membaca al Qur’an, tasbih, dll.
b. Hiwar washfi (percakapan deskriptif)
Hiwar ini menjelaskan bagaimana suatu hal itu terjadi diterangkan secara deskriftif seperti orang yang masuk surga atau orang yang masuk neraka.
c. Hiwar qishashi (percakapan berkisah)
Hiwar ini terdapat dalam sebuah kisah yang baik bentuk rangkaian ceritanya sangat jelas, yaitu hiwar yang merupakan anasir kisah di dalam al Qur’an.
d. Hiwar jadali (percakapan dialetik)
Hiwar ini melahirkan sebuah diskusi atau perebatan yang bertujuan untuk memantapkan hujjah kepada para peserta diskusi. Sehingga implikasinya mendidik anak bersemangat menegakkan kebenaran, menjauhkan dari sifat-sifat batil, pikiran-pikiran musyrik dan munkar.
e. Hiwar nabawi .
Hiwar nabawi ini erat kaitannya dengan apa yang dilakukan oleh Rasullulah SAW, karena beliau adalah salah seorang pendidik yang mahir dan pandai dalam melakukan beberapa metode pendidikan islam.
Mendidik dengan kisah Qurani dan Nabawi
Dalam pendidikan islam, kisah merupakan fungsi edukatif yang tidak dapat dihilangkan atau diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini di sebabkan karena kisah Qurani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang mempunyai dampak psikologis dan edukatif.
2. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi
Perumpamaan dalam pendidikan islam sering digunakan biasanya perumpamaan yang digunakan berasal dari cerita di al Qur’an ataupun dari kisah nabi, misal perumpamaan seorang yang berbuat baik, maka akan mendapatkan pahala.
3. Mendidik dengan memberi teladan
Keteladanan adalah sangat penting bagi berlangsungnya suatu proses pendidikan. Hal ini menekankan kepada setiap pendidik harus berprilaku baik dan selalu meneladani sifat-sifat rasul sehingga peserta didik pun akan segan dan akan meneladani sikap.
4. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
Mendidik dengan latihan dan pengalaman dapat menggugah ahlak yang baik pada jiwa anak didik, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang sukses dalam perbuatan dan pekerjaan.
5. Mendidik dengan mengambil Ibrah (pelajaran) dan mau’izhah (peringatan)
Makna ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Sedangkan, mau’izhah ialah nasehat yang lembut dapat diterima oleh hati dengan cara mencelaskan pahala atau ancamannya.
6. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).
Targhib ialah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat orang senang terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan buruk. Sedangkan, tarhib ialah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah SWT, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Sekiranya metode tersebut dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran akan membuat anak didik menjadi orang yang berahlakul karimah atau berahlak mulia seperti Rasulluah SAW.
Sementara itu, menurut Cecep Darmawan (2006:94), metode dalam pembinaan dan pelatihan karyawan yang berbasis profetik sebagai berikut:
1. Metode Tilawah
Metode ini memilik makna membaca. Metode ini diarahkan untuk membaca al Qur’an. Dengan begitu akan terciptanya pembudayaan membaca al Qur’an.
2. Metode Taklim
Metode ini berartikan proses pengajaran. Taklim disini dalam arti pemahaman kita dalam proses tranfer dan tranformasi dari pihak pertama kepada pihak kedua. Sementara itu dalam konsep pembinaan maka dalam kaitannya pembekalan teori, nilai-nilai, kiat-kiat sukses, kiat kinerja produktif, aturan, atau tata tertib yang berlaku pada lingungan perusahaan.
3. Metode Tazkiyyah
Kata tazkiyyah berasal dari kata “zaka” yang berarti tumbuh kembang atau penyucian. Konsep ini kita maknai sebagai satu kemampuan memisahkan atau membersihkan. Implikasinya adalah memberikan pelatihan dan pendidikan kepada karyawan dengan tujuan untuk melakukan eliminasi perilaku-perilaku buruk.
4. Metode Hikmah
Konsep hikmah, ditujukan untuk menunjukan pengetahuan filosofis sehingga orang yang berfilsafat disebut ahli hikmah.
Untuk daftar pustaka maaf saya tidak bisa menampilkannya, namun tulisan ini sekiranya dapat  bermanfaat,…aminn…
Sumber: http://misteriyana.wordpress.com/2013/06/05/pendidikan-profetik/
Teruskan baca - PENDIDIKAN PROFETIK

Selasa, 31 Desember 2013

SITUASI DAERAH KOTA MALANG

Pemerintah Kota Malang dan Pemodal (Kaum Kapitalis) Dalang Pemiskinan dan Krisis Kesejahteraan Rakyat

Pemerintah adalah sebuah sarana bagi rakyat untuk memperjuangkan hak-hak mereka demi menuju sebuah kesejahteraan yang lebih baik antar periode, mungkin itulah sebuah idealisme yang terbangun setiap kali muncul momentum pergantian pemerintahan yang lama dengan yang baru. Akan tetapi, dalam kenyataan yang ada justru sebaliknya. Di kota Malang kita ini, pemerintah kota sama sekali taidak mampu menjadi wadah aspirator rakyat atas keluh-kesah mereka selam berada dalam genggaman kekuasaan pemerintahan yang saat ini berkuasa. Data-data terbaru menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kesejahteraan yang selalu diidam-idamkan rakyat malang saat ini, malahan keterpurukan ekonomi dan krisis kesejahteraan di berbagai macam sektor telah merambah kesebagian besar penduduk.
Data Kesejahteraan Di Kota Malang
Teruskan baca - SITUASI DAERAH KOTA MALANG

MELEK POLITIK “2009”

SALAM PERJUANGAN…!!!

Apa kabar saudara-saudaraku, sudah sampai dimana kepedulian kita? Berapa rakyat yang sudah kita berdayakan? Berapa wilayah yang sudah kita garap? Berapa kampung, desa, dusun yang kita masuki. Indonesia berdiri diatas 33 propinsi, 400an kabupaten/kota, 400.000, kecamatan & jutaan desa/kampung. Waktu kita tidak banyak dan berlomba dengan beragam persoalan social-politik yang terus saja muncul, mengguritanya system kapitalisme global, nyaris menghantam seluruh anak cucu bangsa ini, memasuki subjektifitas dirinya, tak terkecuali anak belia dari bangsa ini telah diajari hidup individual, dimanjakan dengan produk luar negeri, dimanjakan dengan kemewahan, susah membedakan kebutuhan dan keinginannya. Ahirnya hilangllah rasa senstifitas terhadap sekelilingnya.

Sama halnya dengan sebagian Elit bangsa, telah terjangkit firus mematikan abous of power dan melupakan rakyatnya. Mereka lebih sibuk dengan dirinya sendiri, merumuskan konsepsi-konsepsi kosong. Ketimbang terlibat dalam substansi manifestasi terhadap nilai kemanusiaan. Memilih dehumanisasi ketimbang memanusiakan manusia. Yang notabenen adalah konstituennya.

Saudara-saudaraku. kekuatan kita terbatas, jika tidak dikatakan tidak ada. Hanya ada satu kekuatan yang kita meiliki hari ini: KEYAKINAN KITA, Keyakinan yang melahirkan semangat, keyakinan yang memupuk militansi, keyakinan yang menjadi magnet dalam gerak kita dan keyakinan yang mempersatukan kita. Jika demikian tunggu apalagi? BERGERAK….!!!
Hari ini kita saksikan betapa santunnya elit politik partai menyapa rakyat. Mereka menjanjikan perubahan yang “melangit-abstrak-fatamorgana-ilusif. Dimana kegagalan telah mereka pentaskan tahun 2004. kini 2009 panggung telah dibuka pementasan di mulai. Masihkah kita menginginkan memasuki lubang yang sama? Jika tidak. Mengapa tidak saja menyiapkan perlawanan, memberikan alternatif, dan menawarkan solusi akar persoalan bangsa ini?

Saudara-saudaraku yang terhormat. Membangun Kesadaran politik Masyarakat bukanlah hal yang mudah, membangun kesadaran politik ditengah pesimisme rakyat membutuhkan strategi dan taktik yang jituh. Filosofi gerak yang kuat sehingga ruang komunikasi dengan rakyat terbuka. Namun saya secara pribadi yakin kawan-kawan memiliki strategi tersendiri. Paham kondisi local masing-masing, dan memiliki akses ke akar rumput. Setiap hari, setiap jam, menit, detik. Bangun kekuatan, jalin aliansi taktis, buka ruang komunikasi, masuki kampung-kampung, desa dan dusun. Katakan bahwa perubahan sejati hanya ada ditangan RAKYAT maka: BERGERAKLAH…!!!


Salam Perjuangan & Pekik Allahuakbar….!!!
Rahmat Abd Fatah
Teruskan baca - MELEK POLITIK “2009”

SUBJEK PERUBAHAN


"Tidak ada teman sejati dalam politik yang ada hanyalah kepentingan abadi". itulah sekelumit kata lama yang telah merasuki sebagian politisi bangsa ini. Ia telah menjelma menjadi dogma yang tanpa sadar telah diajarkan kepada generasi berikutnya, seolah kata itu telah menjadi bagian dari keseharian hidup. akibatnya masyarakat apatis dengan politik ia bagai sesutu yang merusak dan lebih parah lagi ia dianggap haram. Perlu disadari bahwa politik hanyalah alat dalam pengambilana kebijakan.
Teruskan baca - SUBJEK PERUBAHAN

Pendidikan Gratis Buat Anak Buruh


Senin, 12 Mei 2008 08:34:40 - oleh : redaksi

MALANG, Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Pendidikan (AMPPI) Malang Raya mendatangi DPRD Kota Malang, Rabu (6/5). Gabungan tujuh perguruan tinggi se Malang Raya ini menyerukan penyediaan pendidikan gratis bagi anak-anak buruh dan petani.

“Sudah saatnya anak-anak petani dan buruh menempuh pendidikan gratis. Pada hari ini, mari kita memastikan para anak petani dan buruh bersekolah, karena mereka memiliki hak untuk mengenyam pendidikan,” teriak Koordinator Lapangan AMPPI, Rahmat Abdul Fatah. Yang juga Presiden Mahasiswa BEM UMM

Fatah juga menyebut, rendahnya kualitas pendidikan disebabkan pendidikan tidak mendapat prioritas utama pada kebijakan pemerintah. ”Terlihat dari alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah. Padahal pendidikan merupakan tombak kemajuan bangsa, maka besaran anggaran 20 persen harus direalisasikan,” kata Rahmat.
Dalam kesempatan tersebut, AMMPI sempat melakukan dialog dengan perwakilan dari Komisi D DPRD kota Malang dan menuntut penandatanganan nota kesepakatan berisi delapan poin berkaitan dengan persoalan pendidikan.

Pengawalan delapan poin tuntutan ini berujung pada terealisasinya anggaran.
”Poin tersebut menyangkut pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen, kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, penataan sistem pendidikan, pendidikan murah berkualitas, pendidikan bagi rakyat tidak mampu dan perbaikan manajemen pendidikan secara menyeluruh,” beber Fatah.

Menjelang akhir aksi, perwakilan komisi D DPRD Kota Malang, Anang Sulistyo, menandatangani nota kesepakatan tersebut dan menyatakan untuk komitmen bersama-sama. “Delapan poin tersebut termasuk agenda komisi D DPRD Kota Malang. Perjuangan ini tidak hanya sampai di sini, tapi hingga ke Jakarta,” ungkapnya. .tia-KP

http://www.koranpendidikan.com/artikel-764.html
Teruskan baca - Pendidikan Gratis Buat Anak Buruh

Paradigma Penataan Kota Bahari : Waterfront City Kota Ternate


Apa yang terbayang dalam benak anda mengenai Kota Ternate? Pulau kecil dengan hasil bumi berupa rempah-rempah pala dan cengkeh, ataukah Kesultanan Ternate yang termasyur sejak ratusan tahun yang lalu ? Pernahkah terbayang oleh Anda, bahwa Pulau Ternate yang sekarang menjadi Ibu kota Maluku Utara, prosentase lautnya jauh lebih besar dari daratnya? Pemandangan tepi pantainya yang mempesona dengan kilau bening Tidore dan siluet nyiur sampai dermaga, serta deretan arsitektur heritage dengan benteng-benteng Portugis dan Belanda yang berjajar di tepi pantai adalah pemandangan eksotik yang Anda akan temui jika Anda berkesempatan mengunjungi kota ini. Yang menjadi pertanyaan….,mengapa semua potensi kelautan tersebut tidak menjadi primadona pengembangan di wilayah ini?

Jika Anda berkesempatan mempelajari lebih jauh mengenai kota Ternate, maka Anda menemui untaian masalah yang melingkupi keindahan panorama kota legenda ini. Urbanisasi penduduk yang tidak terkendali, memaksa kota bertumbuh secara semrawut dan tak terkendali. Permukiman kumuh padat penduduk, pencemaran laut berupa penimbunan sampah akibat tidak adanya instalasi pengelolaan limbah (IPAL), berpotensi untuk menyebabkan hilangnya pemandangan eksotik dan penurunan stok sumberdaya ikan di sekitar perairan kawasan ini. Kejadian-kejadian tersebut menjadi gurita masalah yang tidak jelas ujung pangkalnya.

Fenomena ini memaksa Pemerintah Kota Ternate untuk membuat “Waterfront City Concept for Kota Ternate”. Apakah itu “Waterfront City (WFC) Concept” atau yang lazim kita sebut kota pantai ? Konsep kota pantai (WFC) dapat didefinisikan sebagai konsep pengembangan kawasan dengan dukungan aksesibilitas, arus urbanisasi dan sumberdaya alam yang mendukungnya. Konsep WFC diharapkan dapat memberikan acuan pembangunan kawasan pesisir dengan berorientasi bahari, bukan sekedar pembangunan fisik semata akan tetapi juga pola pikir semua stake holder sehingga terciptanya sense of belonging yang tinggi. Melalui konsep ini diharapkan akan mendukung penguatan kelembagaan masyarakat lokal, meningkatkan ekonomi kerakyatan, dan pada muaranya akan menciptakan sinergisitas pembangunan di daratan dan di lautan untuk kepentingan bersama.

Potensi dan permasalahan yang terjadi di Kota Ternate, diurai menjadi kegiatan-kegiatan utama, dengan akses dan paradigma bahari. Pengelolaan lingkungan dan sampah, pengelolaan pelabuhan, penataan pemukiman tepi pantai dan nelayan, pengembangan kawasan khusus (seperti kawasan masjid, boulevard, community space, market centre) dan pengembangan wisata bahari menjadi rangkaian kegiatan yang dicanangkan dalam konsep pengembangan kota pantai ini. Kegiatan tersebut pelaksanaannya dirangkai dalam sembilan kawasan prioritas, kawasan cepat tumbuh, kawasan trigger ekonomi, kawasan aman atau definisi kawasan lainnya yang terdapat dalam RTRW dinamai Bagian Wilayah Kota (BWK) 1 dan 2; dari Dufa-dufa, dermaga kedaton, boulevard, masjid, sampai Pelabuhan Bastiong dan Kastela.

Perlu ditegaskan kembali, konsep WFC bukan semata-mata hanya berkaitan dengan pembangunan fisik, akan tetapi berkaitan pula dengan penerapan paradigma berpikir serta integrasi seluruh stake holders. Solusi parsial tak saja tidak akan pernah efektif dan cenderung menimbulkan biaya yang tinggi. Namun dengan integrasi semua pihak, kota berbasis bahari yang diidamkan akan tercapai.

Kunci lain untuk menjamin kesuksesan konsep WFC adalah kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Apalah arti angka-angka grafik ekonomi yang menjulang, kalau “kue” hanya dinikmati segelintir orang. Lebih baik diperoleh hasil sedikit tapi dapat memberikan senyum yang lebar bagi semua lapisan masyarakat. Dengan memberikan tambahan pengetahuan, meningkatkan kesempatan dan ikut serta memutuskan pembangunan bahari, niscaya akan diperoleh rasa Ikut memiliki, menjaga dan meningkatkan pembangunan kota eksotik ini.

Dampak lain yang mungkn akan dialami melalui penerapan konsep WFC adalah geliat kota pantai ini akan meningkat. Dermaga dan TPI berpeluang untuk menjadi lebih ramai dan 1.000 kios yang rencananya akan dibangun diantara vegetasi pantai yang terpadu zig-zag linear membentuk ruang terbuka ke laut, akan menjadi pemicu dinamika ekonomi kerakyatan menjadi lebih progresif. Dengan penerapan konsep ini, akan terlihat hamparan permukiman nelayan dengan beranda menghadap ke laut yang tertata lebih rapi yang bersisian dengan Mesjid Raya sebagai landmark terapung melayang diatas laut. Semua potensi wisata bahari dan heritage seperti Pantai Sulamadaha, Kedaton, Kastela dan Pulau Hiri, dapat diberdayakan secara optimal bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Dengan merangkai lokasi-lokasi potensial wisata ini ke dalam cluster paket wisata, peluang untuk mengundang turis lokal dan mancanegara menjadi lebih besar.

Nah….apa bayangan Anda pada Kota Ternate masa mendatang? Akan lebih banyak dan beragam mungkin. Itulah harapannya, Waterfront City Kota Ternate tidak hanya investasi tapi proyeksi. Dalam Waterfront City, laut bukanlah pembatas. Bukan halangan dalam penataan ruang kawasan. Laut adalah wilayah pengembangan tahapan berikutnya. (http://spatzi.wordpress.com/2008/09/)
Teruskan baca - Paradigma Penataan Kota Bahari : Waterfront City Kota Ternate